June 23, 2010

Menangis

 

"Satu-satunya yang herankan dalam diriku sebagai perempuan adalah produksi air mata yang berlebihan. Kenapa pula kelenjar yang satu ini gampang sekali terangsang pada mata yang berbulu lentik? 
Seperti ada yang memaksaku menutup muka dengan telapak tangan. Kepala kutekankan pada lututku yang tertutup rapat. Lalau perlahan aku mulai merasakan air mata merembes dari sela-sela jari tanganku. Mengenang hari-hari yang ku lewati entah ini siksaan atau apapun. Aku tak mengerti. Berbagai masalah aku hadapi tahun ini. Mulai dari masalah hubungan, keluarga, serta masalah menyangkut kelangsungan masa depanku. Betapapun aku mencoba untuk terlihat tangguh seperti yang aku lakukan selama ini dalam mengarungi hidup yang jauh dari orangtua, namun sesak di dadaku makin terasa seperti urat kawat yang ingin keluar. 




Semakin aku renungi, semakin sesak aku rasakan. Aku berusaaha meyakinkan diri seperti yang diajarkan oleh para pemain film "3 Idiots", "All is well". Namun alir air mataku tak juga reda bag air ledeng PDAM di musim kemarau. 
Apakah perempuan memang mudah untuk menangis? Bagiku, menangis adalah cara lain untuk melepas beban di kepala jika tak ada orang yang mau mendengarkan. 

Sering aku berharap andai hidup seperti di film-film dimana semuua masalah dengan mudah diselesaikan jika sudah tidak kuat lagi menanggungnya. Atau diberikan jeda untuk beristirahat sambil memikirkan sequel berikutnya. Tetapi, hidup adalh hidup. Tak pernah kita diberikan kesempatan untuk mengambil nafas. Peristiwa datang silih berganti, sambung menyambung seperti pulau, membentuk rantai derita yang bukan main panjangnya. Rantai yang diseret sepanjang manusia masih mengisi paru-parunya dengan oksigen. 
Dan menangis ada gunanya juga. Menagis membuat tubuhmu terasa lebih hangat hingga malam tak perlu terasa terlalu dingin.

Seekor burung gereja senja yang kemalaman melintas di depan jendela kamarku. Sayapnya berkepak mengurangi kecepatan terbang. Bermain-main sebentar dekat bingkai jendelaku. Burung gereja yang terbang statis itu, seakan mengingatkanku; bahwa bagaimanapun sulitnya, hidup harus tetap diperjuangkan. "

No comments:

Post a Comment